Sabtu, 10 Desember 2011

Mengingat Kematian dan Kehidupan Sesudahnya (1)

Orang yang tenggelam dalam keduniaan dan terpedaya olehnya, tentu hatinya lalai mengingat mati. Jika diingatkan tentang mati, maka dia merasa tidak suka dan menghindar. Dalam hal ini, manusia ada yang tenggelam, ada yang bertaubat, ada yang memulai dan ada yang sadar dan waspada

Orang yang tenggelam dalam keduniaan tidak akan mengingat mati. Kalau pun dia mengingat mati, maka dia akan menyayangkan terhadap keduniaan yang belum diraihnya, lalu sibuk mencerca mati. Ingatannya tentang kematian hanya membuatnya semakin jauh dari Allah. Sedangkan orang yang bertaubat, dia banyak mengingat mati untuk membangkitkan ketakutan di dalam hatinya, agar dia bisa bertaubat secara sempurna. Boleh jadi dia takut mati, karena merasa taubatnya belum sempurna atau sebelum dia memperoleh bekal yang layak. Ketidaksukaannya terhadap kematian masih bisa ditolerir, dan yang demikian ini tidak termasuk dalam sabda Nabi Shalallahu alaihi wa salam, "Siapa yang tak suka bersua Allah, maka Allah pun tak suka bersua dengannya." (HR Bukhari dan Muslim).
Dia takut bertemu Allah, karena menyadari keterbatasan dan keteledoran dirinya. Dia tak ubahnya orang yang menunda pertemuan dengan kekasih, karena masih sibuk menyiapkan pertemuan dengannya, agar pertemuan itu benar-benar menyenangkannya. Jadi tidak dianggap sebagai ketidaksukaan terhadap pertemuan itu. Tandanya, dia selalu mengadakan persiapan dan tidak menyibukkan diri dengan urusan orang lain. Jika tidak, maka dia sama saja dengan orang yang tenggelam dalam keduniaan.
Sedangkan orang sadar selalu mengingat mati, karena kematian itu merupakan saat yang dijanjikan untuk bertemu sang kekasih. Tentu saja dia tidak lupa saat pertemuan dengan kekasih. Biasanya orang yang seperti ini menganggap lamban saat datangnya pertemuan itu. Dia lebih suka segera lepas dari tempat yang dipenuhi orang-orang yang durhaka, lalu berpindah ke sisi Rabbul-alamin, sebagaimana yang dikatakan sebagian diantara mereka, "Sang kekasih datang dair atas sana".
Jadi, keengganan orang yang bertaubat terhadap kematian masih bisa ditolerir. Sementara ada orang lain yang justru mengharapkan kematian. Yang lebih tinggi derajatnya adalah orang yang menyerahkan urusannya kepada Allah, sehingga dia tidak memilih hidup dan tidak memilih mati untuk dirinya. Yang paling dia sukai adalah apa yang disukai pelindungnya. Cinta semacam ini berubah menjadi kepasrahan dan penyerahan diri. Ini merupakan puncak tujuan.
Bagaimana pun juga, mengingat mati itu ada pahala dan keutamaannya. Orang yang tenggelam dalam keduniaan, mengingat mati justru untuk mendekatkannya kepada keduniaan itu.
Ibnu Qudamah, Minhajul Qasidin Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk, Pustaka Al-Kautsar.

http://jilbab.or.id/archives/69-mengingat-kematian-dan-kehidupan-sesudahnya-1/

Tidak ada komentar: