Perang antara
tauhid dengan syirik telah terjadi sejak lama. Sejak zaman Nabi Nuh
AlaihisSalam menyeru kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata
dan meninggalkan ibadah kepada berhala-berhala.
Nabi Nuh berada
di tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun. Beliau menyeru
kaumnya kepada tauhid, tetapi peneri-maan mereka sungguh di luar harapan.
Secara jelas Al-Qur'an meng-gambarkan penolakan mereka, dalam firmanNya:
"Dan mereka berkata,
'Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan
pula suwaa', yaghust, ya'uq dan nasr." Dan sesudahnya mereka telah
menyesatkan kebanyakan (manusia)." (Nuh: 23-24)
Tentang tafsir
ayat ini, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas , dia berkata:
-
Ini adalah
nama-nama orang-orang shalih dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka
meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaumnya agar mereka membuat
patung orang-orang shalih tersebut di tempat-tempat duduk mereka, dan
agar memberinya nama sesuai dengan nama-nama mereka. Maka mereka pun
melakukan perintah setan tersebut. Pada awalnya, patung-patung itu
tidak disembah. Tetapi ketika mereka semua sudah binasa dan ilmu telah
diangkat, mulailah patung-patung itu disembah.
-
Selanjutnya
datanglah para rasul sesudah Nabi Nuh. Mereka menyeru kaumnya agar
beribadah hanya kepada Allah semata, dan agar meninggalkan apa yang
mereka sembah selain Allah, sebab me-reka tidak berhak untuk disembah.
Renungkanlah Al-Qur'anul Karim yang menceritakan tentang keadaan
mereka:
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainNya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya?." (Al-A'raaf: 65)
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia." (Huud: 61)
"Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia." (Huud: 84)
"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku." (Az-Zukhruf: 26-27)
Terhadap dakwah para nabi tersebut, kaum musyrikin merespon-nya dengan penentangan dan pengingkaran terhadap apa yang mereka bawa. Orang-orang musyrik itu memerangi para rasul dengan segala kemampuan yang mereka miliki.
-
Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wa Salam misalnya, sebelum diutus sebagail rasul, beliau
terkenal di kalangan orang-orang Arab dengan julukan "ash-shaa-diqul
amiin" (yang jujur dan dapat dipercaya). Tetapi tatkala beliau
mengajak kaumnya menyembah kepada Allah dan mengesakanNya, serta
menyeru agar meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyang mereka,
serta merta mereka lupa dengan sifat jujur dan amanah beliau. Lalu
mereka menghujaninya dengan berbagai julukan buruk. Di antaranya ada
yang menjuluki beliau dengan "ahli sihir lagi pendusta". Al-Qur'an
mengisahkan penolakan mereka terhadap dak-wah tauhid dalam firmanNya:
"Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak dusta. Me-ngapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Se-sungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengheran-kan." (Shaad: 4-5)
"Demikianlah tidak ada seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengata-kan. "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenar-nya mereka adalah kaum yang melampaui batas." (Adz-Dzaari-yaat: 52-53)
Demikianlah itulah sikap segenap rasul dalam dakwahnya kepada tauhid. Dan sebagaimana gambaran ayat-ayat di atas itulah sikap kaum mereka yang pendusta lagi mengada-mengada.
-
Pada zaman kita
saat ini, jika seorang muslim mengajak sesama saudara muslim lainnya
kepada akhlak, kejujuran dan amanah, ia tidak akan menemukan orang
yang menentangnya.
Berbeda halnya jika ia mengajak mereka kepada tauhid yang ke-padanya para rasul menyeru �yaitu berdo'a (memohon) hanya semata-mata kepada Allah dan tidak memohon kepada selainNya, baik kepada para nabi atau wali, karena sesungguhnya mereka hanyalah hamba Allah�, niscaya orang-orang segera menentangnya dan menuduhnya dengan berbagai tuduhan dusta. Mungkin mereka akan dituduh wahabi, dengan maksud untuk membendung manusia dari dakwah kepada tauhid.
Jika sang da'i mengetengahkan ayat yang didalamnya terdapat ajakan kepada tauhid, mereka tak segan-segan menuduh dengan me-ngatakan, "Ini ayat wahabi". Manakala sang da'i membawakan hadits:
Jika kamu meminta maka mintalah kepada Allah dan jika kamu mohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Maka serta-merta sebagian mereka akan mengatakan, "Itu hadits wahabi."
Bila seseorang shalat dengan meletakkan tangan di atas dada, atau menggerakkan jari telunjuknya ketika tasyahud , sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam , maka sebagian orang akan menga-takan sebagai orang wahabi.
Kata wahabi seakan menjadi simbol bagi setiap orang yang mengesakan Allah, yang hanya menyembah Tuhan Yang Satu, dan mengikuti sunnah nabiNya.
Sesungguhnya wahabi adalah nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi). Ia adalah salah satu dari nama-nama Allah Yang Paling Baik. Berarti Dialah yang memberikan kepadanya tauhid, yang merupakan nikmat Allah yang paling besar bagi orang-orang yang mengesakan Allah.
-
Para du'at
kepada tauhid hendaknya sabar dan meneladani Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wa Salam , yang kepadanya Allah berfirman:
"Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik." (Al-Muzammil: 10)
"Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka." (Al-Insaan: 24)
Setiap orang Islam hendaknya menerima dakwah kepada tauhid, serta mencintai pada da'inya. Karena sesungguhnya tauhid adalah dakwah para rasul secara keseluruhan, juga dakwah Rasul kita Mu-hammad r. Maka barangsiapa mencintai Rasul Shalallahu Alaihi Wa Salam , niscaya dia akan mencintai dakwah kepada tauhid dan barangsiapa membenci kepada dakwah tauhid, maka berarti ia telah membenci Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam.
SUMBER
Website �Yayasan Al-Sofwa�
Tidak ada komentar:
Posting Komentar