Sabtu, 10 Desember 2011

Nasihat untuk Para Gadis…

Dengan terbata-bata dan diiringi linangan air mata penyesalan seorang remaja putri bertutur,
“Peristiwa ini bermula hanya dari pembicaraan melalui telepon antara diriku dengan seorang pria, lalu berlanjut membuahkan kisah cinta di antara kami. Ia merayu bahwa dirinya sangat mencintaiku dan ingin segera meminangku. Dia berharap dapat bertemu muka denganku, namun aku sungguh merasa keberatan, bahkan aku mengancam ingin menjauhi dirinya, kemudian menyudahi hubungan ini. Akan tetapi aku tak kuasa melakukan itu. Maka aku putuskan dengan mengirimkan fotoku dalam sebuah surat cinta yang semerbak dengan wangi aroma bunga mawar.

Nasihat Kepada Para Gadis Remaja
Kamis, 06 April 06
Dengan terbata-bata dan diiringi linangan air mata penyesalan seorang remaja putri bertutur,
“Peristiwa ini bermula hanya dari pembicaraan melalui telepon antara diriku dengan seorang pria, lalu berlanjut membuahkan kisah cinta di antara kami. Ia merayu bahwa dirinya sangat mencintaiku dan ingin segera meminangku. Dia berharap dapat bertemu muka denganku, namun aku sungguh merasa keberatan, bahkan aku mengancam ingin menjauhi dirinya, kemudian menyudahi hubungan ini. Akan tetapi aku tak kuasa melakukan itu. Maka aku putuskan dengan mengirimkan fotoku dalam sebuah surat cinta yang semerbak dengan wangi aroma bunga mawar.
Gayung bersambut suratku pun dibalas olehnya, dan semenjak itu kami sering saling kirim surat. Suatu ketika melalui surat, ia mengajakku untuk keluar pergi berduaan, aku menolak dengan keras ajakan itu. Tetapi ia balik mengancam akan membeberkan semua tentang diriku, foto-fotoku, surat cintaku, dan obrolanku dengannya selama ini melalui telepon, yang ternyata ia selalu merekamnya. Aku benar-benar dibuat tak berdaya oleh ancamannya.
Akhirnya aku pun pergi keluar bersamanya dan berharap dapat pulang kembali ke rumah dengan secepatnya. Memang aku pun akhirnya pulang, namun sudah bukan sebagai diriku yang dulu lagi, aku telah berubah. Aku kembali ke rumah dengan membawa aib yang berkepanjangan, dan suatu ketika kutanyakan kepadanya, “Kapan kita akan menikah?” Apakah tidak secepatnya? Namun ternyata jawaban yang ia berikan sungguh menyakitkan, dengan nada menghina dan merendahkanku ia berkata, “Aku tak mau menikah dengan wanita rendahan sepertimu!”
Wahai saudariku tercinta!
Kini engkau tahu bagaimana akhir dari hubungan kami yang jelas-jelas terlarang dalam agama ini. Oleh karena itu waspada dan berhati-hatilah jangan sampai engkau terjerumus dalam hubungan semacam itu. Jauhilah teman yang buruk perangai, yang suatu saat bisa saja ia menjerumuskanmu lalu menyeretmu ke dalam pergaulan yang rendah dan terlarang. Ia hiasi itu semua sehingga seakan-akan menarik dan merupakan hal biasa yang tidak akan berakibat apa-apa, tak akan ada aib dan lain sebagainya.
Jangan percaya omongannya, sekali lagi jangan gampang percaya! Itu semua tak lain adalah tipu daya yang dilancarkan oleh syetan dan teman-temannya. Dan jika engkau tak mau berhati-hati maka sungguh hubungan haram itu akan berakibat sebagaimana yang telah kusebutkan di atas atau bahkan lebih parah dan menyakitkan lagi.
Berhati-hatilah jangan sampai engkau terpedaya dengan bujuk rayu para laki-laki pendosa itu yang kesukaannya hanya mempermainkan kehormatan orang lain. Mereka adalah pembohong, pendusta dan pengkhianat, walau salah satu dari mulut mereka terkadang menyampaikan kejujuran dan keikhlasan. Apa yang diinginkan mereka adalah sama, dan semua orang yang berakal mengetahui itu, seakan tiada yang tersembunyi. Berapa kali kita mendengarkan, demikian juga selain kita tentang perilaku keji mereka terhadap para gadis remaja.
Namun sayang seribu sayang bahwa sebagian para gadis tak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa memalukan yang menimpa gadis lainnya. Mereka tak mempercayai segala ucapan dan nasehat yang diberikan kecuali setelah peristiwa itu benar-benar menimpa, dan setelah terlanjur menjadi korban kebiadaban lelaki amoral itu. Tatkala musibah dan aib yang mencoreng muka telah terjadi, maka ketika itulah ia baru terbangun dari keterlenaannya, timbullah penyesalan yang mendalam atas segala yang telah dilakukannya. Ia berangan-angan agar aib, derita, dan kegetiran itu segera berakhir, namun musim telah berlalu dan segalanya telah terjadi,yang hilang tiada mungkin kembali! “Mengapa semua jadi begini?”
Saudariku Tercinta!
Bagi yang terlanjur jatuh dalam hubungan yang haram dan terlarang, jika mau berpikir maka tentu ia akan menjauhi cara seperti itu sejak awal mulanya. Sehingga tak seorang pun bisa mengajaknya demikian berpetualang dalam cinta. Sebab dalam petualangan tersebut mempertaruhkan sesuatu yang paling mulia yang merupakan lambang harga diri dan kesucian wanita. Jika sekali telah hilang, maka tak akan mungkin kembali selamanya. Wanita mana yang menginginkan agar miliknya yang paling berharga hilang begitu saja dengan sia-sia demi kesenangan sekejap? Lalu setelah itu kembali ke tengah-tengah keluarga dan masyarakat dalam keadaan terhina dan tersisih tiada mampu mendongakkan kepala?
Tiada lagi laki-laki yang mengingin kannya, hidup terkucil dan penuh kerugian yang selalu mengiringi sisa umurnya. Hatinya makin teriris manakala melihat teman sebayanya atau yang lebih muda telah menjadi seorang istri, seorang ibu rumah tangga dan pendidik generasi muda. Oleh karena itu wahai saudariku, pikirkanlah semua ini! Jauhilah olehmu hubungan muda-mudi yang melanggar aturan agama agar engkau tidak menjadi korban selanjutnya. Ambillah pelajaran dari peristiwa yang menimpa gadis selainmu, dan jangan sampai engkau menjadi pelajaran yang diambil oleh mereka. Ketahuilah bahwa wanita yang terjaga kehormatannya itu sangatlah mahal, jika ia mengkhianati dan tak menjaga kehormatan itu, maka kehinaanlah yang pantas baginya. Tetaplah engkau pada kondisi jiwamu yang suci dan mulia dan janganlah sekali-kali engkau membuatnya hina serta menurunkan martabat dan ketinggian nilainya. Jangan kau kira bahwa untuk mendapatkan seorang suami yang baik hanya dapat diperoleh melalui obrolan lewat telepon ataupun pacaran dan pergaulan bebas. Banyak di antara mereka yang jika dimintai pertanggung jawaban agar segera menikah justru mengatakan:
Bagaimana mungkin aku menikahi wanita sepertinya?
Bagaimana pula aku rela dengan tingkah laku dan caranya?
Bagi wanita yang telah mengkhianati kehormatannya sehari saja.
Maka tiada mungkin bagi diriku untuk memperistrinya.
Bila engkau tak menginginkan jawaban yang menyakitkan seperti ini maka jangan sekali-kali menjalin hubungan terlarang, cegahlah sedini mungkin. Selagi dirimu dapat mengen-dalikan segala urusan yang menyangkut pribadimu, maka kemuliaan dan harga diri akan terjaga. Carilah suami dengan cara yang baik dan benar, sebab kalau toh engkau mendapatkannya dengan cara gaul bebas dan cara-cara lain yang tidak benar, maka biasanya akan berakibat tersia-sianya rumah tangga dan bahkan perceraian. Rata-rata kehidupan mereka dipenuhi oleh duri, saling curiga, menuduh, dan penuh ketidakpercayaan.
Jangan kau percayai propaganda sesat yang berkedok kemajuan zaman atau mereka yang menggembar-gemborkan kebebasan kaum wanita yang mengharuskan menjalin cinta terlebih dahulu sebelum menikah. Janganlah terkecoh, sebab cinta sejati tak akan ada kecuali setelah menikah. Sedang selain itu, maka pada umumnya adalah cinta semu, hanya mengikuti angan-angan dan fatamorgana, sekedar menuruti kesenangan, hawa nafsu, dan pelampiasan emosi belaka.
Ingatlah bahwa kehidupan dunia ini sangatlah singkat dan sementara, mungkin sebentar lagi engkau akan meninggalkannya. Maka jika ternyata engkau telah terkhilaf dengan dosa-dosa segera saja bertaubat memohon ampunan sebelum ada dinding penghalang antara taubat dengan dirimu. Demi Allah nasihat ini kusampaikan dengan tulus untukmu dan itu semua semata-mata karena rasa sayang dan cintaku kepadamu.
Sumber: Buletin Darul Wathan “nihayatu fatah”
Disalin dari: www.alsofwah.or.id

Menyemat Cinta di Hati Kekasih

Ia adalah bagian dari tulang rusukmu, Ia adalah belahan jiwamu, Ia adalah tawanan di tanganmu, Padanya sumber ketenangan, cinta kasih dan ketentraman karena demikanlah Allah menciptakannya untukmu, Ia adalah pakaian bagimu, dan yang terutama dan utama ia adalah amanah yang Allah berikan untukmu,�Bagaimanakah engkau memperlakukan amanah itu?? �



Terlalu banyak wasiat tersebar untuk para istri seakan islam adalah agama yang hanya mengutamakan para suami dan kaum lelaki. Padahal tidaklah demikian,islam membela kaum wanita memuliakan dan mengangkat derajat mereka.Wanita adalah orang yang di sucikan, ibu para ulama, ibu para panglima, dan ibu para pembesar, Bukankah ia adalah ibu Umar,ibu Anas,ibu Umar bin Abdil Aziz, ibu imam Ahmad, ibu imam Syafi�i, ibu Shalahudin,ibu Ibnu Taymiyah, ibu Ibnul Qayyim dan yang lainnya??  Untuk para suami risalah ini kutulis sebagai penyejuk hati bagi kaum wanita dan para istri.




Wahai hamba Allah yang bertakwa,�berbahagialah dan bersyukur pada-Nya atas nikmat istri yang Allah karuniakan kepadamu.Dengannya terjagalah jiwa dan tubuhmu dari melakukan hal-hal yang diharamkan-Nya.  Ketika habis masa bulan madumu,�tiba-tiba kini engkau tidak lagi memiliki waktu. Waktu untuk bergurau dan bercengkrama dengan istri tercinta. Bila sang istri meminta, maka kaupun berkilah betapa lelah dan penatnya hari-harimu disibukkan dengan pekerjaanmu. Rumah hanya menjadi hotel untukmu, datang dan pergi sesuka hatimu, Ketika kepalamu menyentuh bantal engkau mendengkur laksana tiada orang lain di sisimu.



Seakan engkau lupa bahwa sumber teladan kita adalah manusia yang paling sibuk diatas muka bumi pada waktu itu. Beliau memiliki lebih dari 4 orang istri, dan lihatlah dalam sejarah adakah diantara istri- istrinya lepas dari pengawasan beliau? Adakah yang mengeluhkan tentang kesibukan beliau? Beliau shalallahu alaihi wassalam ditimpa berbagai macam persoalan umat dan masalah yang sekiranya diletakkan (dibebankan) kepada banyak orang, niscaya mereka tak akan sanggup mengembannya. Tapi lihatlah ketika sahabat bertanya kepada Aisyah radhiyallahu anha: �bagaimana sikap Rasulullah bila menemui kalian?� Ia menjawab: �Beliau masuk dengan tertawa dan tersenyum�.Seakan tidak ada beban di pundak beliau yang mulia, seakan beliau tidak memiliki beban dan persoalan yang berat. Sehingga istri-istri beliau merasa nyaman dan senang bercanda dengan beliau.Dalam kitab Bukhari bab Al-Adab, Zaid bin Tsabit berkata tentang Rasulullah : suka bercanda dengan istrinya, dihormati diluar rumah�Tentu berbeda, sebagian suami kita temukan mereka suka bercanda dan tertawa dengan teman-temannya akan tetapi cemberut dan bermuka masam terhadap keluarganya di rumah.



Wahai para suami Rasulullah telah bersabda: �Sesungguhnya istrimu memiliki hak atasmu�(dikeluarkan oleh Muslim 3652, Ahmad 26917, Abu Dawud 2285). Istri adalah wanita yang lemah lembut, menginginkan kasih sayang, cinta kasih, keramahan dan kebajikan. Karena itu hendaklah suami senantiasa bertakwa kepada Allah dalam menghadapi istri dengan memberikan kasih sayang, kelembutan, kesetiaan dalam menjaganya, memberinya nafkah sesuai dengan kemampuan suami, pakaian dan janji setia. Sebagaimana yang dikumandangkan oleh beliau pada haji Akbar(dalam hadits yang sangat panjang) yaitu ketika mengumumkan hak-hak wanita dan hak seluruh manusia, beliau bersabda: Allah, Allah, pada wanita karena mereka itu adalah tawanan disisi kalian. Dan saling berpesanlah agar berlaku baik terhadap wanita�(hadits riwayat Tirmidzi, hasan shahih)



Adalah Aisyah ketika ditanya tentang perilaku Rasulullah yang paling membekas dan berkesan dikalbunya sepeninggal beliau maka ia hanya mampu meneteskan airmata seraya berkata: Semua sikap dan perilakunya mengesankan bagiku ( kaana kullu amrihi �ajabani). Bagaimana tidak Rasulullah seakan selalu punya waktu untuknya. Rasulullah pernah mengajaknya berlomba lari, beliau Shalallahu alaihi wassalam pernah kalah dan pada kesempatan yang lain beliau memenangkannya sehingga beliau tertawa seraya berkata: �Ini adalah pembalasanku dari kekalahanku yang dulu�. Adakah hal ini dicontoh oleh para suami? Tidaklah harus di lapangan atau dijalan raya cukuplah ketika tidak ada orang lain dirumah kita bisa melakukannya.



Justru yang sering kita dengar dan membuat hati ini miris dan berduka, istri yang lari ketakutan karena dikejar-kejar suaminya yang sedang marah, yang dimana jika kita bertanya bagaimana keadaan rumah tangganya, tiba-tiba airmata yang keluar, tampak kesedihan dan kebencian diwajahnya. Yang hadir adalah rasa takut, jengkel, duka dan lara bila mendengar suaminya di sebut. Sebab yang tergambar dalam benaknya adalah masa-masa yang penuh penderitaan, penganiayaan, dan duka nestapa yang dijalaninya bersama suaminya.Tidakkah para suami membaca hadits ini? Dari Abu Hurairah, dia berkata: �Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya� (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih). Dalam suatu lafazh dari hadits Aisyah di sebutkan: �Yang paling lemah lembut diantara mereka terhadap keluarganya� (HR. Tirmidzi dan Hakim).Dalam riwayat lain, juga dari Aisyah disebutkan: �Yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku� (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya).



Ironis memang, dan inilah yang penulis dapati bahkan telah menjadi slogan di negri ini (Saudi Arabia) 3 hal yang senang dilakukan sebagian kaum lelaki disini pertama senang bergonta-ganti telpon genggam (HP) kedua mereka senang bergonta-ganti mobil dan yang ketiga mereka senang bergonta-ganti istri,�waliyyadzubillah. Kepada Allah kita memohon pertolongan, istri bagi mereka disamakan dengan telepon genggam dan mobil. Mereka tidak berusaha mengurus rumah tangga dengan baik. Kecenderungan mereka adalah bersenang-senang dengan para wanita serta mencari kenikmatan dari setiap wanita, sehingga hal itu menjadikan mereka sering melakukan thalak dan nikah.Padahal Rasulullah telah bersabda: Aku tidak menyukai laki-laki yang senang mencicipi wanita dan wanita yang senang mencicipi laki-laki� (HR. Thabrani dan Daruquthni). Semoga Allah memberi mereka hidayah dan menunjuki mereka kejalan yang lurus, amin.



Hal lain yang sering dilakukan para suami adalah seringnya mereka memukuli para istri ketika mereka sedang emosi atau marah. Mereka beralasan dengan memukul istri maka istri mereka akan takut kepada suami, suami menjadi berwibawa. Padahal bila mereka mau sedikit melirik kepada Rasulullah, beliau adalah manusia yang paling berwibawa akan tetapi tidak pernah ditemukan beliau memukul istri-istrinya tangan beliau hanya digunakan untuk memukul musuh-musuh Allah. Wahai para suami yang senang memukuli istri takutlah kepada Allah dan camkanlah hadits berikut ini: Dari Muawiyah bin Haidah dia berkata:�Aku bertanya,�Wahai Rasulullah apa hak istri salah seorang diantara kami atas dirinya?� Beliau menjawa:�Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau mengenakan pakaian, janganlah memukul muka, janganlah engkau berdoa agar Allah memburukannya dan janganlah engkau menghindarinya kecuali di dalam rumah� (HR.Abu Dawud dan Ibnu Hibban) dan juga sabda beliau: �Berlemah lembutlah terhadap wanita� (HR. Bukhari {no.6018,6059,6066} dan Muslim {no.5989, 5992})





Wahai para suami,�.setiap rumah tangga tentu mempunyai problema, karena memang demikianlah sebagai ujian dan cobaan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.Sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga dituntut untuk pandai dan cermat menyiasati apa yang terjadi diantara hubungan mereka berdua. Kelapangan hati untuk meredam emosi akan membawa pada kebaikan dan keindahan. Kehalusan sikap akan mencairkan hati yang beku dan melunakkan gunung yang keras.Lihatlah bagaimana Rasulullah dalam menghadapi kemarahan Aisyah, beliau justru tersenyum menghadapi hal itu dengan penuh kesabaran dan keagungan. Atau engkau bisa melihat kepada Umar bin khattab amirul mukminin ketika sahabat datang ingin mengadukan perihal istrinya justru ia mendapati suara istri Umar lebih tinggi dan nyaring dibandingkan dengan suara Umar.Karena Umar adalah seorang yang bijak, maka ia berkata: �Kehidupan itu harus ditempuh dengan cara yang ma�ruf. Ia adalah istriku.Ia membuatkan untukku roti, mencucikan pakaianku dan melayaniku. Jika aku tidak berlemah lembut padanya maka kami tidak akan hidup bersama�. Tidakkah engkau menyimak perkataan Umar?? Semoga Allah meridhainya beliau adalah seorang Amir al-Faruq yang tegas dan berwibawa yang ditakuti musuh-musuhnya bahkan iblispun takut berpapasan dengannya.Lihatlah bagaimana ia lemah lembut dan mengalah terhadap kemarahan istrinya.Atau sejenak engkau berkaca pada Ali, dalam hadits shahih, rasulullah datang kerumah Fatimah putrinya untuk menanyakan padanya tentang Ali radhiyallahu anhu. Lalu Fatimah radhiyallahu anha menjawab: �Aku telah marah padanya sehingga ia keluar�  .(HR. Bukhari no.436 dan Muslim no.6182).Ali memilih keluar daripada bersitegang dan bertengkar dengan istrinya.



Duhai para suami tercinta,�engkau berharap istri-istrimu mencintaimu dengan sepenuh hati. Engkau meminta mereka untuk setia dan taat kepadamu. Engkau meminta mereka agar bakti dan kasihnya tercurah padamu. Engkau mendambakan agar mereka merindukanmu ketika jauh darimu. Tapi engkau lupa menyematkan cinta kasih dihati istri-istrimu??.Cukuplah ayat dibawah ini sebagai penutup dan renungan bagi para suami yang mendambakan kebahagiaan dalam rumah tangga mereka di dunia dan akhirat. �dan pergaulilah mereka dengan cara yang patut kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak� {An-Nisaa:19}. Wallahu a3lam bis shawwab.

Sumber Bacaan:


  1. Al-Qur�an dan Assunnah Bicara Wanita, darul Falah, Jakarta.

   2.  Al-Jami� Fi fiqhi An-Nisa,Syaikh Kamil Uwaidah, Daarul Kutub Ilmiyah, Beirut, Lebanon

http://jilbab.or.id/archives/173-menyemat-cinta-di-hati-kekasih/

Ah, yang Penting kan Hatinya!

Banyak syubhat di lontarkan kepada kaum muslimah yang ingin berjilbab. Syubhat yang 'ngetrend' dan biasa kita dengar adalah " Buat apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih suka 'ngerumpi' berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab! Yang penting kan hati!  lalu tercenunglah saudari kita ini membenarkan pendapat kawannya tadi.

Syubhat lainnya lagi adalah " Liat tuh kan ada hadits yang berbunyi: Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat pada hati kalian..!. Jadi yang wajib adalah hati, menghijabi hati kalau hati kita baik maka baik pula keislaman kita walau kita tidak berkerudung!. Benarkah demikian ya ukhti,, ??
Saudariku muslimah semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta'ala memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini. Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah agama ini. Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik dan suci, maka tengoklah disekitar kita ada orang-orang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha dan orang kafir lainnya liatlah dengan seksama ada diantara mereka yang sangat baik hatinya, lemah lembut, dermawan, bijaksana. Apakah anda setuju untuk mengatakan mereka adalah muslim? Tentu akal anda akan mengatakan "tentu tidak! karena mereka tidak mengucapkan syahadatain, mereka tidak memeluk islam, perbuatan mereka menunjukkan mereka bukan orang islam. Tentu anda akan sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi  seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak(zahir) dalam diri orang itu.  
Lalu bagaimana pendapatmu ketika anda melihat seorang wanita di jalan berjalan tanpa jilbab, apakah anda bisa menebak wanita itu muslimah ataukah tidak? Sulit untuk menduga jawabannya karena secara lahir (dzahir) ia sama dengan wanita non muslimah lainnya.Ada kaidah ushul fiqih yang mengatakan "alhukmu ala dzawahir amma al bawathin fahukmuhu "ala llah' artinya hukum itu dilandaskan atas sesuatu yang nampak adapun yang batin hukumnya adalah terserah Allah.
Rasanya tidak ada yang bisa menyangsikan kesucian hati ummahatul mukminin (istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) begitupula istri-istri sahabat nabi yang mulia (shahabiyaat). Mereka adalah wanita yang paling baik hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia. Tapi mengapa ketika ayat hijab turun agar mereka berjilbab dengan sempurna (lihat QS: 24 ayat 31 dan QS: 33 ayat 59) tak ada satupun riwayat termaktub mereka menolak perintah Allah Ta'ala. Justru yang kita dapati mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan kerudung sebagai bukti ketaatan mereka.Apa yang ingin anda katakan?  Sedangkan mengenai hadits diatas, banyak diantara saudara kita yang tidak mengetahui bahwa hadits diatas ada sambungannya. Lengkapnya adalah sebagai berikut:
"Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian "(HR. Muslim 2564/33).
Hadits diatas ada sambungannya yaitu pada nomor hadits 34 sebagai berikut:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian. (HR.Muslim 2564/34).
Semua adalah seiring dan sejalan, hati dan amal. Apabila hanya hati yang diutamakan niscaya akan hilanglah sebagian syariat yang mulia ini. Tentu kaum muslimin tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar dzakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ketanah suci Mekah atau amal ibadah lainnya. Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) cukup mengandalkan hati saja, toh mereka adalah sebaik-baik manusia diatas muka bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya mereka adalah orang yang sangat giat beramal tengoklah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya. Urwah bin Zubair Radhiyallahu anhu misalnya, Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, Ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, Kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shidik, bibinya adalah Aisyah Radhiyallahu anha istri Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia jangan ditanya tentang hatinya, ia adalah orang yang paling lembut hatinya toh masih bersusah payah giat beramal, bersedekah dan ketika shalat ia bagaikan sebatang pohon yang tegak tidak bergeming karena lamanya ia berdiri ketika shalat. Aduhai,..betapa lalainya kita ini,..banyak memanjangkan angan-angan dan harapan padahal hati kita tentu sangat jauh suci dan mulianya dibandingkan dengan generasi pendahulu kita. Wallahu'alam bish-shawwab.
Muraja'ah oleh ust. Eko Hariyanto Lc
*Mahasiswa paska sarjana Fakultas Syari'ah Universitas Imam Ibnu Saud, Riyadh,KSA. 
{moscomment} 

http://jilbab.or.id/archives/450-ah-yang-penting-kan-hatinya/

Menjadi Ibu Rumah Tangga, Mengapa Harus Malu??

Ah,…Cuma ibu rumah tangga aja kok!” dengan malu-malu dan tersipu seorang akhwat menjawab pertanyaan kawannya tentang aktifitas apa yang di gelutinya sekarang. Sedangkan di kalangan ikhwan yang pernah penulis temui, ada diantara mereka yang malu untuk menjawab profesi istrinya bila istrinya bukan seorang dokter, insinyur, guru, atau profesi terhormat lainnya. Maka jawaban yang muncul adalah:
”biasa di rumah saja, mengurus anak-anak, Cuma ibu RT aja,… ga ada aktifitas lainnya!”
Duh, sebegitu hinakah profesi ini?
Padahal ketika penulis berinteraksi dengan wanita barat sewaktu di negeri Kanguru diantara mereka ada yang menjawab,
“Wow, profesi yang hebat tidak semua wanita mau menekuninya, I can’t do that!”
Ya,.. karena mereka melihat betapa sulitnya untuk menjadi istri sekaligus ibu yang baik bagi anak-anak. Saking beratnya, mereka memilih memasukkan anak-anak mereka di child care. Anda akan melihat dengan mata kepala sendiri panjangnya daftar antrian para orangtua yang ingin memasukkan anak-anak mereka ke tempat penitipan anak (childcare). Anda harus menunggu minimal selama 6 bulan sebelum nama anak anda di panggil.1 Rata-rata mereka memilih bekerja daripada mengasuh anak dirumah.
Suatu fakta yang tidak bisa di pungkiri bahwa para ibu dikalangan wanita barat memilih “melarikan diri” dari tugas dan tanggungjawabnya sebagai ibu dengan bekerja. Mereka bilang kepada penulis lebih mudah bekerja daripada tinggal dirumah mengasuh anak.Mengasuh anak membuatku stress! Itu yang penulis dengar. Bukankah itu suatu bukti bahwa mengurus anak-anak adalah suatu pekerjaan dan tanggung jawab yang berat? Lalu dimana penghargaan masyarakat kita terhadap ibu? Terlebih suami?
Itu baru dilihat dari satu sisi saja,…tidakkah anda melihat bahwa seorang istri atau ibu dirumah tidak pernah berhenti dari tugasnya?.Jika para suami mempunyai jam kerja yang terbatas antara 8-10 jam misalnya maka sesungguhnya seorang ibu rumah tangga mempunyai jam kerja yang lebih panjang yaitu selama 24 jam. Ia harus standby (selalu siap) kapan saja diperlukan. Bila diantara anggota keluarga ada yang sakit, siapakah yang bergerak terlebih dahulu? Bukankan seorang ibu/istri adalah dokter pribadi sekaligus perawat (suster) bagi suami dan anak-anaknya? Karena beliaulah yang akan berusaha meringankan beban sakit “sang pasien” dirumah sebelum di bawa kerumah sakit (yang sebenarnya) apabila ternyata sang ibu tidak sanggup mengobatinya. Pernahkah anda memikirkan berapa jumlah uang yang harus anda keluarkan untuk membayar seorang dokter dan perawat pribadi dirumah anda?
Bukankah seorang ibu juga seorang psikolog? Karena tentu anda melihat sendiri kenyataan ketika datang anak-anak mengeluh dan mengadu atas kesusahan atau penderitaan yang mereka alami maka sang ibu berusaha mencari jalan keluar dengan saran, nasehat dan belaian kasih sayang. Begitupula suami ketika merasa resah dan gelisah bukankah istri menjadi tempat curahan? Tak jarang para istri membantu suami meringankan dan memberi jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Penulis lihat sendiri betapa mahalnya bayaran seorang psikolog di Australia ada diantara mereka yang harus membayar $100 perjam dan tentu saja tidak ada jaminan mereka bisa membantu menyelesaikan masalah yang sedang anda hadapi.
Bukankan seorang istri/ibu dituntut untuk pandai memasak? Pernahkah anda membayangkan wahai para suami, anda memiliki juru masak dirumah yang selalu siap anda perintah kapan saja anda mau. Anda memiliki juru masak pribadi dirumah, ketika anda pulang ke rumah maka hidangan lezat tersedia bagimu dan juga untuk anak-anakmu. Pernahkah anda membayangkan berapa juta uang yang harus anda keluarkan untuk mengundang juru masak pribadi datang kerumah anda?
Masih banyak sisi lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Anda tentu pernah membaca syair Arab yang sangat terkenal yang berbunyi:
”Al-Ummu madrasatun idza a’dadtaha ‘adadta sya’ban tayyibul ‘araq” maknanya “seorang ibu adalah sebuah sekolah. Jika engkau persiapkan dia dengan baik maka sungguh engkau telah mempersiapkan sebuah generasi yang unggul”.
Ditangan ibulah masa depan generasi sebuah bangsa.Karena itulah islam sangat menghormati dan menghargai profesi ini. Kenyataan yang tidak bisa di pungkiri bahwa kedudukan ibu tiga kali lebih tinggi dibandingkan sang ayah.2
Karena Islam melihat tanggung jawab yang berat yang di emban seorang ibu, itu menandakan bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia dan sangat terhormat. Lalu mengapa kita masih malu ya ukhti?? Ayo,..angkatlah wajahmu dan katakan dengan bangga bahwa aku adalah seorang “ibu rumah tangga!!” sebuah profesi yang sangat berat dan tentu saja pahala yang sangat besar Allah sediakan untukmu. Al-jaza’u min jinsil amal artinya balasan tergantung dari amal/perbuatan yang ia lakukan.Semakin berat atau sulit sebuah amal dilakukan seorang hamba maka pahala yang akan didapatinya pun semakin besar. Wallahu a’lam bisshawwab.
Muraja’ah oleh: Ustadz Eko Hariyanto Lc

Catatan Kaki:< br />
  1. Tak jarang para orang tua ada yang harus menunggu selama 1 tahun karena penuh dan banyaknya antrian (waiting list) dari tahun sebelumnya. []
  2. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia menceritakan, ada seorang yang datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam seraya bertanya :”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab: Ibumu! Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Ibumu! Jawab beliau. Lalu siapa lagi? Tanya orang itu, Beliaupun menjawab: Ibumu!, Selanjutnya bertanya:”Lalu siapa?” Beliau menjawab: Ayahmu” (Mutaffaqun Alaih).

    Imam Nawawi mengatakan; Hadits tersebut memerintahkan agar senantiasa berbuat baik kepada kaum kerabat dan yang paling berhak mendapatkannya diantara mereka adalah ibu, lalu ayah dan selanjutnya orang-orang terdekat.

    Didahulukannya ibu dari mereka itu karena banyaknya pengorbanan, pengabdian, kasih sayang yang telah diberikannya. Dan, karena seorang ibu telah mengandung, menyusui, mendidik, dan tugas lainnya” tutur para ulama (lihat Al-Jami’ Fi fiqh Nisa bab birru walidain Syaikh Kamil ‘Uwaidah). []
http://jilbab.or.id/archives/4-menjadi-ibu-rumah-tangga-mengapa-harus-malu/

Membangun Jiwa Cinta Akhirat (2)

"Tidaklah seseorang itu memperbanyak mengingat kematian malainkan akan terlihat dalam amalannya, dan panjangnya angan seorang hamba itu pasti terlihat dari buruknya amalan dia." (Hasan Al-Bashri) . "Demi Allah, sampai kapan pun tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba kesedihan mengingat akherat dan rasa senang dengan dunia, sesungguhnya salah satu akan menghalau pemiliknya." (Malik bin Dinar) 

Ciri – Ciri Orang Yang berorientasi Akherat 1.   Rasa Takut dan Sedih
Meskipun mereka berharap terhadap rahmat Allah dan tetap mentaati-Nya, namun mereka tidak bergantung begitu saja kepada semua itu, tetapi mereka justru merasa sedih  atas segala kekurangan dan mereka juga diliputi rasa sesal setiap kali berbuat dosa meskipun kecil. Jiwa mereka keluar dari suasana kebekuaan dan kedunguan, mereka selulu dalam keadaan sadar dan ingat.
Mereka merasa sedih dengan kezhaliman, penindasan dan pengusiran yang menimpa kaum muslimin. Mereka mersa sedih dengan kerendahan, kelemahan dan kehinaan yang dicapai kaum muslimin. Mereka merasa sedih melihat keadaan kaum muslimin yang terjerumus dalam kemaksiatan, penyimpangan dan berkubang dalam kenikmatan. Demikian pula dengan lingkungan dimana saudara-saudaranya hidup dalam kelalaian dan jauh dari Allah. Wanita-wanita yang bersufur dan bertabaruj menjadikan mereka sedih.
Media-media bobrok dan destruktif yang mereka saksikan membuat mereka  sedih.
Kesedihan dan kekhawatiran yang paling dahsyat adalah masalah akhir hayat, bahkan inilah kesedihan yang menjadikan hati mereka teriris dan mata mereka penuh tangisan air mata karena takut mati dalam keadan su'ul khotimah.
Sufyan Tsauri pernah berkata, "Aku khawatir dicatat dalam Ummul Kitab menjadi orang yang merugi, aku takut imanku tercabut menjelang datangnya kematian."
Malik bin Dinar pernah sholat sepanjang malam sambil menggengam jenggotnya sembari berkata, "Wahai Rabbku, engkau telah mengetahui siapa penghuni surga dan siapa penghuni neraka, maka di negeri manakah Malik (bin Dinar) ani akan tinggal."
Sesungguhnya urusan akherat hayat telah merobohkan tempat tidur-tempat tidur mereka, namun mereka sama sekali tidak tertipu  dengan banyaknya ibadah yang  mereka lakukan.
Ibnu Rojab berkata, "Sesungguhnya akhir hayat yang jelek itu terjadi karena ada sesuatu yang tersemunyi  pada seorang hamba, di mana manusia tidak mengetahuinya yang ini menyebabkan akhir yang jelek ketika mati."
Ibu Qoyyim berkata, "Seandainya tidak ada kecurangan dan kerusakan nisca Allah tidak akan membalikkan keimanannya. "
Sesungguhnya kesedihan mereka ini selalu mendorong untuk selalu bertaubat dan membersihkan diri dari berbagai debu dosa. Apabila mereka tertinggal sholat fajar, dapat diketahui ketika pagi atau siang harinya, dan mereka berusaha untuk mengganti yang tertinggal tadi dengan dengan sesegera dan secepat mungkin berbuat kebajikan, terkadang ia akan berwudhu kemudian menunggu sholat yang berikutnya sebagai  ganti dari apa yang tertinggal.

Anda akan melihatnya sedih dan susah dengan dosa dan kesalahan yang dia lakukan sampai ia bisa menghapusnya dengan kebaikan,
"Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk….. " {Hud (11): 114}
Berbeda  dengan para pedamba dunia, kesedihan dan kesusahan mereka semata-mata karena dunia. Ia membuat kesedihan dan kesusuhan karena memikirkan urusan masa depan dan rezeki. Ada seorang wanita yang mengatakan, "Semalaman aku tidak tidur memikirkan model busana yang akan kukenangkan. "
2. Tekun Dalam Beramal Untuk Akherat
Kesedihan yang menimpa mereka disebabkan pengharapan terhadap akherat, rasa takut dan senantiasa mengingat kematian tidak menjadikan mereka mengurung diri di dalam rumah dan menangisi diri mereka, tetapi kesedihan itu justru menjadi penggerak terbesar bagi mereka untuk memperbaiki dan menyucikan diri serta bersegera sebelum waktu berlalu. Oleh karena itu Malik bin dinar pernah mengatakan, " segala sesuatu itu ada penyemangatnya, dan penyemangat untuk beramal sholeh adalah kesedihan." Rasa takut para pendamba akherat menghasung mereka untuk menambah amal kebajikan, sementara orang yang merasa aman dan tertipu dengan amalan yang telah ia kerjakan akan di kuasai perasaan malas dan menunda-nunda pekerjaan, ia sangat jarang bersikap wara' karena mengandalkan ampunan dari Rabbnya, makanya Hatin Al-Asham mengatakan:
"Barang siapa yang hatinya kosong dari mengingat empat masa yang mendebarkan, maka ia termasuk oarang yang tertipu dan tidak akan selamat dari kebinasaan:
Pertama: Saat mendebarkan ketika hari mitsaq (diambil perjanjian) tatkala dikatakan, 'Golongan ini berada di surga dan aku tidak perduli, dan golongan yang ini berada di neraka dan aku tidak perduli, sementara ia tidak mengetahui masuk golongan manakah dirinya?'
Kedua: saat mendebarkan tatkala ia diciptakan dalam tiga kegelapan; lalu malaikat menyerukan akan kesengsaraan atau kebahagiaan, sementara ia tidak mengerti apakah ia termasuk orang yang sengsara atau orang yang berbahagia?
Ketiga: Ketika ia di perlihatkan kepada amalanya, sementara ia tidak tau apakah ia akan mendapat kabar gembira memperoleh ridho Allah atau kemurkaan-Nya?
Keempat: Dari ketika manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, sementara ia tidak tau jalan mana yang hendak ia tempuh?"
3. Terkesan Melihat Kematian Serta Membayangkan Bagaimana Kematian Yang Sesungguhnya
Hal itu menjadikan hatinya hidup, mereka selalu mengkaitkan apa yang mereka saksikan di dunia dengan kehidupan akherat. Dan sesuatu yang paling membekas adalah kematian yang pernah meraka saksikan serta saat-saat sekarat.
Seorang tabi'in agung; Ibrohim An-Nakho'i berkata," Apabila kami menghadiri jenazah atau mendengar berita kematian, kami dapat mengetahuinya beberapa hari sebelumnya, dikarenakan kami tahu ada sebuah peristiwa yang menimpanya di mana itu akan menghantarkannya kesurga atau pun keneraka."
Orang yang sering mengingat kematian hatinya akan selalu teringat kepada akherat dan rasa takut kepadanya akan bertambah, kemudian dunia akan hilang dari pandangannya, Syamith bin Aj'lan berkata," Barang siapa yang menjadikan kematian separoh pandangan matanya, maka ia tidak akan perduli dengan sempit maupun lapangnya urusan dunia."
Semua ini tersimpulkan dalam perkataan Hasan Al-Bashri, "Tidaklah seseorang itu memperbanyak mengingat kematian malainkan akan terlihat dalam amalannya, dan panjangnya angan seorang hamba itu pasti terlihat dari buruknya amalan dia."

Adapun para pedamba dunia yang hatinya mengeras serta terselubungi kelalaian, mereka akan berpaling dari mengingat kematian, ia merasa terganggu untuk mengingatnya dan mengira bahwa itu dapat memalingkannya dari kematiannya atau dapat menipu kematian itu, padahal sebenarnya mereka menipu diri mereka sendiri.
Al-Quran telah membantah orang-orang yang memiliki konyol seperti ini:
"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, ……" {Al-Jumu'ah (62): 8}
Sebab-Sebab Yang Menghalangi Dari mengingat Akherat
1.  Mengejar dan Berambisi kepada Dunia
Tak dapat dipungkiri bahwa sibuk mengurusi dunia dengan melalaikan akheratlah sebab terbesar lemahnya persiapan guna beramal untuk kehidupan setelah mati.

Makna dicelanya menyibukkan diri dengan urusan dunia adalah kalau semua urusan dunia itu baik berupa harta, istri, anak, rumah, dan makanan menjadi tujuan dan orientasi, dan dunia itu dicintai serta ditaati selain Allahk. Semakin hamba itu memperhatikan dunia dan bergerak semata karenanya, semakin keluar dari hatinya keinginan terhadap akherat serta beramal untuknya, sebagai mana dikatakan oleh Malik bin Dinar, " Demi Allah, sampai kapan pun tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba kesedihan mengingat akherat dan rasa senang dengan dunia, sesungguhnya salah satu akan menghalau pemiliknya."
2.  Tidak Pernah Mengingat Mati Serta Kedahsyatan hari kiamat
Maka tidak pernah terlintas dalam fikiran mereka baik ketika sholat, terdiam dan ketika meyendiri serta dalam semua tindakannya bayangan tentang negeri akherat, mengingat kematian dan apa yang akan terjadi sesudah itu. Mereka tidak merasakan dan meresapi suasana pemandangan akhjerat, akhirnya waktu dan umur mereka terbuang sia-sia.
Adapun pendamba akherat, perasan mereka sangat peka dan tajam untuk mengingat akherat dalam segala kondisi dan tempat, mereka merasa muak menyaksikan orang-orang yang lalai dimana waktu mereka habis untuk tertawa dan berolok-olok. Pengaruh seperti ini dapat kita lihat dengan jelas dalam kehidupan Hasan Al-Bashri, dalam sebuah kisahnya disebutkan bahwa bia pernah melewati seseorang yang tertawa, maka ia berkata kepadanya, " Wahai anak saudaraku, apakah anda pernah melewati Shiroth?" tentu saja ia menjawab, " Belum " Hasan  Bashri pun berujar, " lantas tahukah anda, kesurga ataukah keneraka anda akan pergi? " lelaki itu menjawab lagi, " Tentu saja tidak " Beliau berkata, " semoga Allah melimpahkan kesejehteraan pada anda, lalu mengapa anda sempat-sempatnya tertawa padahal urusan begitu mengerikan."
Meskipun begitu, tertawa sendiri merupakan  naluri kemanusiaan yang tidak bisa dihindari, Allah kberfirman:

" Dan bahwasanya dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis," 
{An-Najm (53): 43}

Rosullah juga pernah tertawa hingga nampak gigi gerahamnya, tetapi tertawa yang dilarang disini adalah ketika berlarut-larut dan lalai sebagaimana tertawanya kebanyakan orang yang mana mereka  mengundang tawa dengan saling mencela  dan perkataan-perkataan dusta, ia tidak terdiam kecuali bagaimana bisa tertawa dan tidak memandang kecuali apa yang bisa membuat tertawa.
3.  Merasa Aman dalam kondisi Sehat
Di antara mereka ada yang tertipu dengan kondisa sehat wal afiat dan masa muda. Padahal kalau ia mau mengerti, kesehatan itu ibarat titipan, yang sangat mungkin titipan itu diminta kembali ketika nyawa masih melekat di badan.
Terlebih lagi kalau kesehatan ini di iringi adanya kekuasaan, pangkat dan kekayaan, ia akan semakin lupa kepada akherat dan lalai untuk menyiapkan perbekalan ke sana. Seorang penyair bersenandung:
Apabila orang telah melahirkan keturunannya
Lalu ia di uji lantaran tubuhnya telah renta
Dan ia di timpa penyakit berkali-kali
Itu pertanda sebentar lagi masa mengetam tanaman telah tiba
Di sini, sang penyair menyebutkan ada tiga pertanda kematian yang telah dekat; ketika ia telah menyaksikan anak cucunya, melemahnya badan karena tua dan penyakit yang datang berturut-turut. Sesehat apapun dia, ia tetaplah ibarat tanaman yang sudah ranum dam matang di mana masa memetiknya hampir tiba.
Beberapa  Teladan dari Pencinta akherat
Kalau kita mau menelusuri kisah-kisah para Sahabat, Tabi'in dan para Salafus Sholih serta bagai mana mereka begitu perhatian dan sibuk dengan urusan akherat, tentu kita akn melihat sesuatu yann begitu menakjubkan. Di antara kisahnya,
Pernah pada suatu hari, 'Umar dalam sholat fajar membaca ayat:
" Apabila ditiup sangkakala," {Al-Muddatstsir (74): 8}
Seketika itu juga ia tersungkur dan sakit sampai orang-orang pada menjenguknya.
Ibnu Mas'ud tak jauh berbada dengan sahabat yang lain, ia selalu mengkaitkan apa yang ia lihat dengan kehidupan akherat, pernah suatu ketika ia melihat alat peniup pandai besi sampai-sampai ia terjatuh. Pernah juga ketika ia menyaksikan para pandai besi, begitu menyaksikan besi yang terpanggang ia langsung menangis.
Adalah Sufyan Tsauri disebabkan ketergantungannya yang begitu hebat kepada akherat serta sibuknya pikiran dia padanya, seolah ia datang langsung dari sana untuk menceritakan tentangnya dan ia seperti menyaksikannya sendiri. Abu Nua'im mengisahkan, " Apabila Sufyan ingat akan kematian, ia tidak akan bisa diusik selama beberapa hari."
Ibnu Mahdi berkata, " Aku belum pernah bergaul dengan manusia yang lebih halus perasaannya melebihi dia. Ia tidak pernah tidur kecuali di awal malam, tiba-tiba saja ia bergetar ketakutan seraya berteriak, 'Neraka! Neraka! Neraka benar-benar membuatku tidak sempat untuk tidur dan memenuhi syahwat.' "

Ada wanita ahli ibadah bernama Robi'ah Asy-Syamiyah yang mengatakan, "Tidaklah aku mendengar suara adzan melainkan aku teringat akan penyeru di hari kiamat, tidaklah aku melihat putihnya salju melainkan seolah aku  menyaksikan pembagian lembar catatan amal dan tidaklah aku melihat gerombolan belalang melainkan teringat akan hari perhimpunan. "

Mathor Al-Waroq menceritakan perihal dirinya dan temannya seorang tabi'in bernama Harom bin Hayyan, bahwa keduanya terkadang mendatangi pasar Roihan bersama-sama di waktu siang, lalu keduanya berdoa memohon pada Allahl, kemudian bila mereka datang kepada pandai besi, meraka berlindung kapada Allahldari neraka sebelum akhirnya berpisah menuju rumah masing-masing.
Inilah sekelumit tauladan dari para generasi yang mulia tadi, di mana mereka selalu menyimpan cita-cita akherat, kemudiam mengaitkan kehidupan dan segala yang mereka lihat di dunia dengan kehidupan akherat.
Kita memohon kepada Allahlagar selalu melimpahkan taufik-Nya kepada kita untuk beramal sholih, serta berkenan menganugerahkan kepada kita tauladan yang baik, dan kita berlindung kepada-Nya dari kelalaian serta godaan-godaan setan. Tak lupa juga kita memohon kepada Allahluntuk menjadikan akibat yang baik dalam setiap urusan serta menghindarkan kita dari kehinaan di dunia dan siksa di akherat. Segala puji bagi AllahlRabb semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad ` beserta seganap keluarga dan sahabatnya.
Di tulis ulang dari buku: "Zuhud Dunia Cinta Akherat Sikap Hidup Para Nabi Dan Orang-Orang Sholih" Penerbit Al-Qowam Cetakan III Halaman 155-192 Oleh Ummu Cinta_Jmbi

http://jilbab.or.id/archives/67-membangun-jiwa-cinta-akhirat-2/

Membangun Jiwa Cinta Akhirat (1)

"Barang siapa yang akherat menjadi harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan putuh dan hina. Tetapi siapa yang dunia menjadi harapannya. Allah akan menjadikan kefakiran  berada dii depan matanya serta mencerai-beraikannya, dan dunia tidak akan datang  kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditetapkan baginya." {Hadits Riwayat Tirmidzi}
 

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Rosullullah ` Amma ba'd:
Kami mengajak anda untuk bertaqwa kepada Allah k dan menyimak firman-Nya:
"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." {Asy-Syuro (42): 20} "Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan." {hud (11): 15}
"…. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", tetapi tiadalah bagian (yang menyenangkan) baginya di akhirat." {Al-Baqoroh (2): 200}
Allah telah menciptakan dunia serta menyimpan bermacam kekayaan, kebaikan dan keindahan di dalamnya; menjadikan kita menyukai sebagian kenikmatannya; sekaligus menghalalkan dan tidak mengharamkannya bagi kita; sebagai wujud kemurahan dan karunia-Nya. Allahkberfirman:
"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang Telah dikeluarkan- Nya untuk hamba-hamba- Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik? " {Al-Arof (7): 32}
" Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. " {Al-Mulk (67): 15}
Bukankah Allah juga berfirman:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak ……."  {Ali 'Imron (3): 14}
Kemudian Allah menjelaskan bahwa di akherat ada yang lebih baik dari pada dunia beserta kelezatannya tadi:
" Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal."  {Al-'Ala (87): 17}
Rasulullah mengajarkan kepada para sahabatnya makna sebuah keuntungan dengan kaca amta akherat. Inilah seorang sahabat mulia bernama Shuhaib Ar-Rumi. Ketika itu ia merelakan semua hartanya dirampas oleh orang – orang kafir agar ia bisa leluasa berhijrah. Meskipun begitu, akhirnya Nabi ` sendiri yang menyambut kedatangannya seraya bersabda:
"…..perdagangan yang menguntungkan wahai Abu Yahya… perdagangan yang menguntungkan wahai Abu yahya!" {Hadist Riwayat Muslim}
Jadi, Shuhaib termasuk orang yang beruntung menurut tolak ukur akherat, sebab ia rela menjual dunia yang sementara,ditukar dengan akherat yang abadi.
Satu lagi, Nabi ` mengajarkan kepada kita agar memakai tolak ukur akherat dengan sabdanya: " Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya harta,tetapi kekayaan sejati ialah kekayaan jiwa" { Hadits Riwayat Muslim}
Menerangkan hadist ini, Ibnu Bathal berkata, "Makna hadits ini ialah: hakekat kekayaan bukanlah banyaknya harta, sebab mayoritas orang yang di lapangkan hartanya oleh Allah, tidak pernah merasa puas dengan –pemberian tersebut. Ia berusaha mencari tambahan tanpa perduli dari mana asalnya. Nah, seolah-olah ia justru menjadi fakir disebabkan ambisinya tersebut. Jadi, kekayaan hakiki adalah kekayaan jiwa; yaitu siapa yang merasa cukup dengan apa yang di anugerahkan kepadanya, Qona'ah (puas) dan ridho dengannya. Ia juga tidak berambisi untuk mencari tambahan terus-menerus, sehingga dia seperti orang kaya."

Karena itulah, seorang mukmin yang yakin serta berjalan di atas manhaj Kitabullah dan  Sunnah Nabi-Nya `, menurut rambu-rambu, kriteria-kriteria dan timbangan-timbangan yang lurus, merupakan orang yang bahagia; tidak hanya di dunia, tetapi juda di akherat. Ketahuilah, kriteria-kriteria inilah memotivasinya untuk selalu berorientasi kepad akherat dan senantiasa sibuk hati di dalam memperhatikan akherat. Kitabullah menjadikannya selalu menghidupkan harapan ini, demikian juga sunnah Nabinya ` senantiasa menyibukkannya dengan keinginan ini. Nabi ` bersabda:
"Barang siapa yang akherat menjadi harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan putuh dan hina. Tetapi siapa yang dunia menjadi harapannya. Allah akan menjadikan kefakiran  berada dii depan matanya serta mencerai-beraikannya, dan dunia tidak akan datang  kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditetapkan baginya." {Hadits Riwayat Tirmidzi}
Maka orang yang mengerti tujuan dirinya diciptakan -yaitu beribadah kepada allah subhanahu wa ta'ala, lantas menjadikan tujuan ini sebagai cita-cita yang menyibukkan dirinya, dan tidak akan bekerja di dunia melainkan berharap tujuan ini terpenuhi; Allahkpasti memudahkan urusan-urusannya yang murni bersifat duniawi dan menghindarkannya dari beban penderitaan dalam mengejar-ngejarnya.
Sementara itu, kita menyaksikan bagaimana orang yang melupakan tujuan penciptaan dirinya, yang menjadikan dunia sebagai tujuan pertama dan terakhirnya dan melulu berfikir tentang keinginan hawa nafsunya, justru dunia lari menjauhinya sedangkan ia menggonggong mengejar-ngejarnya.

Inilah komparasi yang selalu diwasiatkan oleh orang-orang sholeh, satu sama lain.
Ada seorang tabi'in mulia, bernama 'Aun bin 'Abdullah ia berkata:
"Dulu, orang-orang baik satu sama lain menuliskan dan menasehatkan tiga kalimat berikut:
1.   Siapa yang beramal untuk akheratnya, Allahkakan mencukupi dunianya.
2. Siapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allahk, Allahkakan memperbaiki hubungan dirinya dengan manusia yang lain.
3. Dan siapa yang memperbaiki keadaan batinya, Allahkakan memperbaiki keadaan lahirnya.
Barang siapa akherat menjadi aktivitas yang menyibukkannya dan selalu menjadi harapannya, maka tak akan pernah terlewatkan satu haripun melainkan ia mengingat kemana ia akan kembali. Ia tidak akan melihat urusan dunia kecuali pasti mengaikannya dengan akheret. Ia tidak berkumpul dengan keluarganya kecuali mengingatkannya akan berkumpulnya penduduk surga. Ia tidak mengenakan pakaian kecuali terinhat akan pakaian sutra milik penghuni surga. Ia tidak menyeberangi sebuah jembatan kecuali teringatkan akan titian shiroth di atas neraka jahanam. Ia tidak mendengar suara yang keras melainkan mengingatkannya akan tiupan sangkakala. Ia tidak pernah berbicara tentang suatu pembicaraan, melainkan ada bagian yang terkaitkan dangan akherat."
Nikmatnya Menjadi Pendamba Akherat
Ringkasnya, siapa yang menjadikan akherat sebagai harapannya, pasti ingat akan akherat setiap saat ketika ia sedang bergelut dengan dunia. Anda akan melihat orang seperti ini tidak merasa senang kecuali karena akherat, tidak merasa sedih kecuali karena akherat, tidak ridho kecuali akherat tidak marah kecuali karena akherat, dan tidak berusaha kecuali untuk akherat. Tidak mengherankan kalau ia selalu mengingat-ingat akherat baik dalam bekerja, berjual beli,memberi dan menolak,serta dalam segala urusan. Barang siapa  yang keadaannya seperti ini, Alloh akan memberinya tiga kenikmatan dan Nabi ` memberinya tiga kabar gembira, yaitu:
1.  Allah Akan Mempersatukannya
Allahkakan memberikan ketenangan dan ketentraman kepadanya. Allah juga akan menghimpun  fikirannya serta menjadikannya jarang lupa. Demikian juga keluarganya, mereka akan berkumpul bersamanya. Allah akan menambah perasaan kasih sayang antara dirinya dan keluarganya dan menjadikan mereka begitu menurut kepadanya. Allah juga mempesatukan kerabatnya bersamanya serta menghindarkannya dari perpecahan dan terputusnya hubungan. Ringkasnya, dunia akan disatukan untuk dirinya. Semua itu dan semua yang diinginkannya dalam rangka ketaatan kepada Allah, disatukan padanya, untuknya,dan sekelilingnya. Hati manusia akan berkumpul kepadanya setelah Allah tetapkan ia mendapat kepercayaan dari kalangan penduduk bumi.
2. AllahkAkan Memberikan Kekayaan Hati
Sesungguhnya nikmat kekayaan hati merupakan sebuah nikmat agung. Allah memberikannya kepada siapa saja yang dia kehendaki dari hamba-hamba- Nya. Mengenai firman Allah:

"……Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik……"
{An-Nahl (16): 97}
Ibnu Katsir menafsirkan "Kehidupan yang baik" di ayat ini dengan sikap ridho dan qona'ah (menerima) yang itu merupakan kekayaan mental dan sikap menerima terhadap rezeki yang diberikan, sehingga ia tidak ngotot dalam memburunya.

Sesungguhnya kekayaan bukanlah cincin-cincin emas pada jari tangan, bukan kendaraan, rumah, pakaian, dan perhiasan. Betapa banyak orang yang memiliki semua itu, namun kita saksikan bagaimana harta itu justru menjadikannya tak bisa tidur. Gara-gara pakaian, nikmat tidurnya terampas dari kedua matanya; gara-gara makanan dia harus kehilangan kesempatan-kesempat an berharganya, bahkan mungkin ia disodori berbagai manu makanan, namun tak bisa menikmatinya.

Berbeda dengan orang yang berorientasikan akherat. Kita saksikan ia merasa rela, menerima, bahagia, tersenyum,senang hati, pandangannya teduh, merasa ridho sekaligus diridhoi, tidak ngotot, dan tidak rakus terhadap dunia. Ia mengamalkan sabda Nabinya `: "Bertakwalah kalian pada Allahk, carilah rezeki dengan cara yang baik."  {Hadits riwayat Ibnu Majah}

Artinya, berusahalah dengan usaha yang sah sesuai aturan yang dibolehkan dalam mencari rezeki duniawi. Hendaknya manusia tidak menjadikan dunia sebagai obsesinya, sehingga menyibukkan dirinya, tidur dan bangunnya  hanya untuk dunia, berfikir dan merencanakan dunia dalam sebagian besar waktu.
Kita juga akan saksikan seorang hamba yang kaya hatinya tidak segan-segan untuk memberikan harta dunianya, tidak merasa sedih kalau ia hilang, sebagaimana tidak merasa sukaria tatkala ia datang:

" (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu…. "
{ Al-Hadid (57): 23}
Anda akan melihat orang ini tidak mengharamkan kesenangan bagi dirinya, tetapai jika kesenangan itu datang, maka kedatangannya semata karena hak Allahk, sebaliknya bila kesenangan itu pergi, maka kepergiannya tak lain karena ketentuan Allah.

Saya memohon kepad Allahk agar menjadikan kesenangan duniawi yang datang kepada kita itu sebagai sarana yang membantu kita dalam mentaati-Nya dan menjadikan kesenangan duniawi yang hilang dari kita adalah keburukan yang ingin Allah jauhkan dari kita.
3. Dunia Akan Datang Dalam Keadaan Tunduk
Ini merupakan nikmat ketiga yang Allah berikan kepada hamba tadi. Dunia ini memang mengherankan; semakin anda kejar, semakin ia lari menjauh dari anda, tetapi kalau anda berpaling darinya, ia justru mengejar anda. Ini bukan sekedar teori. Banyak orang sholih ketika menceritakan keadaan kehidupan duniawinya, mengatakan, "Kami sibuk dengan agama kami dan dunia dengan sendirinya datang kepada kami." Persis sebagaimana yang digambarkan oleh Ibnu Jauziv ketika beliau mengatakan, "Dunia itu ibarat bayangan, jika anda berpaling dari bayangan, ia justru menguntit anda, tetapi jika anda mencari-carinya, ia justru malas mendatangi anda."
Oleh karena itu, para pendamba akherat yang hatinya sibuk dengan akherat akan didatangi oleh dunia atas izin Allah, kemudian dunia akan meliputinya. Maka orang yang berakal akan menghadapkan dirinya kepada akherat dan dunia pun akan mendatanginya dengan sukarela. Sesungguhnya dunia itu berasal dari Allah, sementara akherat itu kembali menghadap Allah. Barangsiapa yang mencari akherat, Allah akan mengutus dan mengirim dunia kepadanya.
Akibat Buruk Pendamba Dunia
Adapun orang yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, kemudian berpikir dan bekerja semata-mata untuk dunia, perhatiannya hanya tertuju pada dunia yang memang itu tujuannya, ia merasa ridho, marah,suka dan benci disebabkan dunia, senyuman dan celaanya hanya karena dan untuk dunia, maka orang seperti ini hendaknya mengerti bahwa Alla akan menyiksanya dengan tiga hukuman, yaitu:
1. Allah Akan Menceraiberaikannya
Tidak ada sesuatupun yang mengelilinginya kecuali Allah jadikan tercerai-berai. Tidak mengherankan kalau anda akan melihat perasaannya tak karuan, pikirannya goncang dan sering frustasi gara-gara urusan duniawi yang sebenarnya sepele. Ia akan melihat harta, keluarga dan sanak familinya menjauh darinya, meskipun ia melihat mereka berada di depan mata. Ada segolongan manusia yang memiliki hampir seluruh kenikmatan dunia , pada waktu yang sama kita menyaksikan anak-anaknya hanya bisa terus berangan-angan akan berkesempatan berjumpa dengannya meski hanya satu menit. Para pegawainya justru lebih sering melihatnya dibanding anak-anaknya sendiri. Ini semua karena dunia telah menjadi tujuan.
Demikian pula anda akan melihat dunia beserta kelezatan dan kemegahannya, juga berbagai menu makanan lezat berada didepan matanya, tetapi ia tidak menyentuhnya sedikitpun. Ia makan laksana makannya orang melarat, entah karena penyakit yang ia derita ataupun sebab yang lain. Kadang-kadang makanan itu tidak mencapai kerongkongannya, meskipun hanya sedikit bukan karena sakit tetapi karena memikirkan beban ambisi duniawi dan padatnya kesibukan. Diantara mereka (terutama dikalangan wanita) ada yang tertekan oleh rasa khawatir terhadap kecantikan dan penampilannya yang menawan, lalu ia makan seperti makannya orang- orang miskin, padahal meja hidangan terbentang penuh dengan berbagai menu makanan. Kondisi seperti ini, apalagi kalau bukan sebuah bentuk kesemrawutan?

2. Kemiskinan Akan Selalu Menghantuinya
Akibatnya, ia tidak bisa merasakan sikap Qonaáh (puas dan menerima) sampai kapanpun meskipun ia berkecukupan.  Ia selalu saja merasa butuh, menjulur-julurkan lidahnya, mengejar gemerlapnya dunia dan perhiasanya yang sebenarnya itu hanya akan menambah kepayahan, kegundahan serta kerisauannya. Ketika dikatakan kepadanya:"Ada orang yang membutuhkan bantuan", tentu ia tidak memberinya, kalau toh memberi hanya sedikit dibandingkan dengan harta yang ia miliki. Lain tatkala salah seorang anaknya meminta alat-alat mainan dan bernilai mungkar, tentu akan ia berikan, seberapa pun mahalnya, asal keinginan anaknya itu terpenuhi. Anda akan melihat orang seperti ini begitu sayang kalua hartannya berkurang. Ia begitu mudah menghamburkannya untuk hal yang sia-sia, memenuhi syahwat dan perbuatan haram, tetapi begitu pelit dan bakhil serta kekurangan untuk bersedekah dan berbuat baik.
Termasuk kasus yang mengherankan, ada sebagian manusia yang telah Allah cukupi dengan keluasan karuni-Nya, tetapi kalau diminta untuk turut andil dalam pembangunan sebuah masjid,misalnya, atau membiayai seorang daí, membantu sebuah keluarga, atau membiayai anak-anak yatim, ia beralasan hartanya hanya sedikit dan tak sanggup melakukannya. Pada saat yang sama, kalau ada tawaran untuk melakukan taour keberbagai negara dunia, mengunjungi pemandangan- pemandangan haram serta suasana-suasana yang tidak diridhoi Allah yang ada disana, tentu uang beribu-ribu bahkan beratus-ratus ribu sangat remeh untuk memenuhinya. Sungguh, dialah orang fakir sejati.
3. Dunia Akan Lari Menjauhinya
Ia megejar-ngejar dunia, padahal dunia justru menjauh darinya;  Ia berlari membuntuti dunia, kemudian meminum sebagian darinya seperti orang yang menciduk air laut untuk diminum; setiap kali minum, rasa hausnya semakin bertambah. Memang di antara mereka ada yang berbuat baik, tetapi mengharap pujian, ketenaran, popularitas, atau sebagai balas jasa. Ia menghabiskan umurnya hanya untuk tujuan tersebut, sayang ternyata semua itu malah menjauhinya, sebagai hukuman yang Allah timpakan kepadanya.

Sahabat Usman bin Affanzberkata: , "Harapan terhadap dunia adalah kegelapan dalam hati, sedang harapan kepada akherat adalah cahaya dalam hati."
Orang yang mau memperhatikan keadaan dua kelompok yang berbeda tadi akan melihat aanya perbedaan yang menakjubkan.
Dalam persoalan ini, manusia terbagi menjadi tiga kelompok:
1. Orang yang lebih didominasi oleh keinginan akherat, kemudian ia bekerja untuk dunia dengan menggunakan kaca mata akherat, lantas mengertilah ia bahwa dunia hanya sebagai jembatan untuk sampai ke negeri akherat.
Tentu anda akan menganggap tak waras apabila melihat seseorang yang melewati sebuah jembatan yang menghantarkannaya dari satu negeri kenegeri yang lain, kemudia tatkala ia sampai dipertengahan malah menderumkan kendaraannya dan mendirikan tendanya serta menurunkan keluarganya disana seraya mengatakan, "Inilah ujung jalan  paling akhir."Apakah anda akan menganggap orang seperti ini sebagai orang yang berakal meskipun sebenarnya ia tertipu dengan pemandangan di sekeliling jalan tersebut?
2. Orang yang lebih di dominasi oleh raya cinta terhaadap dunia sanpai melupakannya dari akherat, hati mereka lebihtersibukkan oleh keinginan duniawi.
3. Orang yang sibuk dengan dunia dan akherat  sekaligus, mereka mencampur-adukkan keduanya. Celakanya, golongan seperi ini begitu banyak di jaman sekarang. Sebab mereka tidak berada dalam posisi yang aman tetapi di tepi jurang marabahaya.
Tentang ketiga golongan ini Yahya bi Mua'adz menyebutkan:
"Manusia itu ada tiga:  Orang yang akheratnya menjadikannya tak sempat mengurusi dunianya,dan orang yang kehidupan dunianya menjadikannya tak sempat mengurusi akheratnya, dan orang yang sibuk dengan kedua-duanya sekaligus. Yang pertama adalah derajat orang-orang yang beruntung, yang kedua adalah derajat orang –orang yang binasa, sedang yang ketiga adalah derajat orang-orang yang berada dalam marabahaya. (Bersambung ke bagian 2)

http://jilbab.or.id/archives/66-membangun-jiwa-cinta-akhirat-1/

Mengingat Kematian dan Kehidupan Sesudahnya (2)

Hamid Al-Qushairy berkata, "Setiap orang di antara kita yakin akan datangnya kematian, sementara kita tidak melihat seseorang bersiap-siap menghadapi kematian itu. Setiap orang di antara kita yakin adanya surga, sementara kita tidak melihat ada yang berbuat agar bisa masuk surga. Setiap orang di antara kita yakin adanya neraka, sementara kita tidak melihat orang yang takut terhadap neraka. Untuk apa kalian bersenang-senang? Apa yang sedang kalian tunggu? Tiada lain adalah kematian. Kalian akan mendatangi Allah dengan membawa kebaikan ataukah keburukan. Maka hampirilah Allah dengan cara yang baik.
 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, "Perbanyaklah mengingat perusak kelezatan-kelezatan, yaitu mati." (HR Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban). Al-Hasan Al-Bashry berkata, "Kematian melecehkan dunia dan tidak menyisakan kesenangan bagi orang yang berakal. Selagi seseorang mengharuskan hatinya untuk mengingat mati, maka dunia terasa kecil di matanya dan segala apa yang ada di dalamnya menjadi remeh.
Jika Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu ingat mati, maka dia menggigil seperti burung yang sedang menggigil. Setiap malam dia mengumpulkan para fuqaha, lalu mereka saling mengingatkan kematian dan hari kiamat, lalu mereka semua menangis, seakan-akan di hadapan mereka ada mayat.
Syumaith bin Ajlan berkata, "Siapa yang menjadikan kematian pusat perhatiannya, maka dia tidak lagi peduli terhadap kesempitan dunia dan kelapangannya."
Ketahuilah bahwa bencana kematian itu amat besar. Banyak orang yang melalaikan kematian karena mereka tidak memikirkan dan mengingatnya. Kalau pun ada yang mengingatnya, toh dia mengingatnya dengan hati yang lalai, sehingga tidak ada gunanya dia mengingat mati. Cara yang harus dilakukan seorang hamba ialah mengosongkan hati tatkala mengingat kematian yang seakan-akan ada di hadapannya, seperti orang yang hendak bepergian ke daerah yang berbahaya atau tatkala hendak naik perahu mengarungi lautan, yang tentunya dia mengingat kecuali perjalanannya. Cara yang paling efektif baginya ialah mengingat keadaan dirinya dan orang-orang yang sebelumnya, mengingat kematian dan kemusnahan mereka.
Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu berkata, "Orang yang berbahagia ialah yang bisa mengambil pelajaran dari orang lain."
Abu Darda' berkata, "Jika engkau mengingat orang-orang yang sudah meninggal, maka jadikanlah dirimu termasuk mereka yang sudah meninggal."
Ada baiknya jika dia memasuki kuburan dan mengingat orang-orang yang sudah dipendam disana. Selagi hatinya mulai condong kepada keduniaan, maka hendaklah dia berpikir bahwa dia pasti akan meninggalkannya dan harapan-harapannya pun menjadi pupus.
Telah diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam memegangi kedua pundakku lalu beliau bersabda, "Jadilah di dunia seakan-akan engkau adalah orang asing atau seorang pelancong." (HR Bukhary dan Ahmad). Ibnu Umar berkata, "Jika engkau berada pada sore hari, maka janganlah menunggu sore hariny. Pergunakanlah kesehatanmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu."
Dari Al-Hasan, dia berkata, "Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa salam bertanya kepada para sahabat, "Apakah setiap orang di antara kalian ingin masuk surga?" Mereka menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Pendekkanlah angan-angan, buatlah ajal kalian ada di depan mata kalian dan malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu." (Diriwayatkan Ibnu Abid-Dunya)
Dari Abu Zakaria At-Taimy, dia berkata, "Tatkala Sulaiman bin Abdul Malik berada di Masjidil Haram, tiba-tiba ada yang menyodorkan selembar batu yang berukir. Lalu dia meminta orang yang dapat membacanya. Ternyata di batu itu tertulis: Wahai anak Adam, andaikan engkau tahu sisa umurmu, tentu engkau tidak akan berangan-angan yang muluk-muluk, engkau akan beramal lebih banyak lagi dan engkau tidak akan terlalu berambisi. Penyesalanmu akan muncul jika kakimu sudah tergelincir dan keluargamu sudah pasrah terhadap keadaan dirimu, dan engkau akan menigngalkan anak serta keturunan. Saat itu engkau tidak bisa kembali lagi ke dunia dan tidak bisa lagi menambah amalmu. Berbuatlah untuk menghadapi hari kiamat, hari yang diwarnai penyesalan dan kerugian."
Ketahuilah, munculnya angan-angan yang muluk-muluk ini ada dua hal:
1. Cinta Kepada Dunia. Jika manusia sudah menyatu dengan keduniaan, kenikmatan dan belenggunya, maka hatinya merasa berat untuk berpisah dengan dunia, sehingga di dalam hatinya tidak terlintas pikiran tentang mati. Padahal kematianlah yang akan memisahkan dirinya dengan dunia. Siapa pun yang membenci sesuatu, tentu akan menjauhkan sesuatu itu dari dirinya. Manusia selalu dibayang-bayangi angan-angan yang batil. Dia berangan-angan sesuai dengan kehendaknya, seperti hidup terus di dunia, mendapatkan seluruh barang yang dibutuhkannya, seperti harta benda, tempat tinggal, keluarga dan sebab-sebab keduniaan lainnya. Hatinya hanya terpusat pada hal-hal ini, sehingga lalai mengingat mati dan tidak membayangkan kedekatan kematiannya.
Andakain di dalam hatinya sesekali melintas pikiran tentang kematian dan perlu bersiap-siap menghadapinya, tentu dia bersikap waspada dan mengingat dirinya. Namun dia hanya berkata, "Hari-hari ada di depanmu hingga engkau menjadi dewasa. Setelah itu engkau bertaubat." Setelah dewasa dia berkata, "Sebentar lagi engkau akan menjadi tua." Setelah tua dia berkata, "Tunggulh hingga rumah ini rampung atau biar kuselesaikan terlebih dahulu perjalananku." Dia menunda-nunda dan terus menunda-nunda, hingga selesainya kesibukan demi kesibukan dan hari demi hari, hingga ajal menjemputnya tanpa disadarinya, dan saat itulah dia akan merasakan penyesalan yang mendalam.'
Kebanyakan teriakan para penghuni neraka ialah kata-kata, "Andaikata". Mereka berkata, "Aduhai aku benar-benar menyesal", yang juga menggambarkan kata-kata "Andaikata". Sumber dari seluruh angan-angan ini adalah cinta kepada dunia dan lalai terhadap sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam, "Cintailah apa pun sekehendakmu, toh engkau akan berpisah dengannya." (Diriwayatkan Al-Hakimn dan Abu Nu'aim)
2. Kebodohan
Hal ini terjadi karena manusia tidak mempergunakan masa mudanya, menganggap kematian masih lama datangnya karena dia masih muda. Apakah pemuda semacam ini tidak menghitung bahwa orang-orang yang berumur panjang di wilayahnya tidak lebih dari sepuluh orang? Mengapa jumlah ornag tua hanya sedikit? Karena banyak manusia yang meninggal dunia selagi muda. Berbarengan dengan meninggalnya satu orang tua, ada seribu bayi dan anak muda yang meninggal dunia. Dia tertipu oleh kesehatannya dan tidak tahu bahwa kematian bisa menghampirinya secara tiba-tiba, sekalipun dia menganggap kematian itu masih lama. Sakit bisa menimpanya secara tiba-tiba. Jika dia jatuh sakit, maka kematian tidak jauh darinya. Andaikan dia mau berpikir dan menyadari bahwa kematian itu tidak mempunyai waktu yang pasti, entah pada musim panas, gugur atau semi, siang atau malam, tidak terikat pada umur tertentu, muda atau tua, tentu dia akan menganggap serius urusan kematian ini dan tentu dia akan bersiap-siap menyongsongnya.
 
Ibnu Qudamah, Minhajul Qasidin Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk, Pustaka Al-Kautsar. 
http://jilbab.or.id/archives/70-mengingat-kematian-dan-kehidupan-sesudahnya-2/
 

Mengingat Kematian dan Kehidupan Sesudahnya (1)

Orang yang tenggelam dalam keduniaan dan terpedaya olehnya, tentu hatinya lalai mengingat mati. Jika diingatkan tentang mati, maka dia merasa tidak suka dan menghindar. Dalam hal ini, manusia ada yang tenggelam, ada yang bertaubat, ada yang memulai dan ada yang sadar dan waspada

Orang yang tenggelam dalam keduniaan tidak akan mengingat mati. Kalau pun dia mengingat mati, maka dia akan menyayangkan terhadap keduniaan yang belum diraihnya, lalu sibuk mencerca mati. Ingatannya tentang kematian hanya membuatnya semakin jauh dari Allah. Sedangkan orang yang bertaubat, dia banyak mengingat mati untuk membangkitkan ketakutan di dalam hatinya, agar dia bisa bertaubat secara sempurna. Boleh jadi dia takut mati, karena merasa taubatnya belum sempurna atau sebelum dia memperoleh bekal yang layak. Ketidaksukaannya terhadap kematian masih bisa ditolerir, dan yang demikian ini tidak termasuk dalam sabda Nabi Shalallahu alaihi wa salam, "Siapa yang tak suka bersua Allah, maka Allah pun tak suka bersua dengannya." (HR Bukhari dan Muslim).
Dia takut bertemu Allah, karena menyadari keterbatasan dan keteledoran dirinya. Dia tak ubahnya orang yang menunda pertemuan dengan kekasih, karena masih sibuk menyiapkan pertemuan dengannya, agar pertemuan itu benar-benar menyenangkannya. Jadi tidak dianggap sebagai ketidaksukaan terhadap pertemuan itu. Tandanya, dia selalu mengadakan persiapan dan tidak menyibukkan diri dengan urusan orang lain. Jika tidak, maka dia sama saja dengan orang yang tenggelam dalam keduniaan.
Sedangkan orang sadar selalu mengingat mati, karena kematian itu merupakan saat yang dijanjikan untuk bertemu sang kekasih. Tentu saja dia tidak lupa saat pertemuan dengan kekasih. Biasanya orang yang seperti ini menganggap lamban saat datangnya pertemuan itu. Dia lebih suka segera lepas dari tempat yang dipenuhi orang-orang yang durhaka, lalu berpindah ke sisi Rabbul-alamin, sebagaimana yang dikatakan sebagian diantara mereka, "Sang kekasih datang dair atas sana".
Jadi, keengganan orang yang bertaubat terhadap kematian masih bisa ditolerir. Sementara ada orang lain yang justru mengharapkan kematian. Yang lebih tinggi derajatnya adalah orang yang menyerahkan urusannya kepada Allah, sehingga dia tidak memilih hidup dan tidak memilih mati untuk dirinya. Yang paling dia sukai adalah apa yang disukai pelindungnya. Cinta semacam ini berubah menjadi kepasrahan dan penyerahan diri. Ini merupakan puncak tujuan.
Bagaimana pun juga, mengingat mati itu ada pahala dan keutamaannya. Orang yang tenggelam dalam keduniaan, mengingat mati justru untuk mendekatkannya kepada keduniaan itu.
Ibnu Qudamah, Minhajul Qasidin Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk, Pustaka Al-Kautsar.

http://jilbab.or.id/archives/69-mengingat-kematian-dan-kehidupan-sesudahnya-1/

Ayah, Ibu…sayangilah aku, bercandalah denganku..

Wahai saudaraku pendidik, menyayangi dan bersenda gurau dengan anak kecil termasuk bentuk kasih sayang dan kedalaman pemahaman seseorang dalam dien.
Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa sallam adalah sosok pemimpin manusia yang sangat bersikap lemah lembut terhadap anak-anak kecil. Seperti kita ketahui beliau pernah menggendong Hasan di atas pundaknya, Beliau pun mengajak tertawa, membuka mulut dan menciumnya, serta memperlihatkan dia sedang bermain, lari ke sana ke mari. Setelah itu Nabi Shallallahu’Alaihi wa sallam pun menangkapnya. Subhannallah…
Wahai saudaraku pendidik, tidakkah kita bercermin dari Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa sallam?
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan:
“Bahwasanya Rasulullah mencium Al-Hasan bin Ali kala itu Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi duduk di sisinya, Al-Aqra’ berkata: “Saya punya sepuluh orang anak namun tidak satu anakpun pernah saya cium!” Rasulullah menoleh kepadanya lalu berkata:
Ù…َÙ†ْ لاَ ÙŠَرْØ­َÙ…ْ لاَ ÙŠُرْØ­َÙ…ْ
“Barangsiapa yang tidak menyayangi niscaya tidak akan disayang!”

‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha meriwayatkan:
“Datang seorang arab badui menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ia berkata: “Apakah kalian mencium anak-anak? Adapun kami tidak mencium anak-anak! Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya:
“Sanggupkah kamu bila Allah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu!?”
Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam juga bersenda gurau dengan menjulurkan lidah beliau kepada anak-anak. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa ”Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam pernah menjulurkan lidahnya di depan Hasan bin Ali, lalu ketika Hasan melihat merah lidah beliau, ia segera mendekat kepada beliau” 3
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam selalu memberi motivasi kepada para orang tua dalam hal menyayangi anak-anak, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Anas, ”Bahwa suatu ketika ada seorang perempuan datang ke rumah ’Aisyah Radhiyallahu’Anha lalu ’Aisyah memberikan tiga butir kurma kepadanya. Lalu perempuan itu memberikan masing-masing anak sebutir kurma sehingga ia menyisakan sebutir kurma untuk dirinya. Lalu kedua anak itu masing-masing memakan kurmanya sambil memandang kepada ibunya. Kemudian ibunya mengambil kurma itu dan membelah mejadi dua lalu ia berikan kepada masing-masing anak separuhnya. Kemudian datanglah Nabi Shallallahu’Alaihi wa sallam, lalu beliau diceritakan ‘Aisyah Radhiyallahu’Anha. Setelah itu beliau bersabda:
”Sungguh apa yang dilakukan perempuan itu membuat kamu terpesona. Semoga Allah mengasihi dia karena kasih sayang dia kepada kedua anaknya yang masih kecil”4
Subhannallah…
Lalu kenapa ada ibu-ibu yang tega menyiksa anak-anak mereka, padahal Allah akan mengasihinya bila ia menyayangi anaknya?.
Bisa jadi dikarenakan mereka tidak mengetahui keutamaan dalam Islam untuk menyayangi anak kecil. Sungguh mereka telah merugi… Allahua’lam… [Bintu Nashrun]
1. Hadits shahih riwayat Al-Bukhari (X/426), Muslim (2318), Abu Dawud (XIV/129), At-Tirmidzi (1911), Ahmad (II/228, 241, 269, 514), Ibnu Hibban (2236), Al-Baghawi dalam Syarah Sunnah (XIII/34), dari jalur Abu Salamah dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. At-Tirmidzi berkata: Hasan Shahih!
2 Hadits shahih riwayat Al-Bukhari (X/426), Muslim ((2317), Ibnu Majah (II/390), Ahmad (VI/56-70), Al-Baghawi (XIII/34-35), dari jalur Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.
3 Al Silsilah As Shahihah, hal.70
4 HR. Bukhari, di dalam kitab Adabul Mufrad, kitabul Walidat Rahimat I : 89
Referensi:
Bekal-bekal Menuju Pelaminan, ,At-Tibyan Solo
Tumbuh di bawah naungan Illahi, Doa dan Kiat Nabi Shalallahu’alahi wa sallaam mendidik anak Sejak dalam Sulbi Ayah dalam Kandungan Ibu hingga Dewasa, syaikh Jamal Abdul Rahman, Penerbit Media Hidayah

http://jilbab.or.id/archives/482-ayah-ibusayangilah-aku-bercandalah-denganku/

Tiga Orang yang Suka Pamer

Sungguh tragis, orang yang beramal namun tak ikhlas. Segala upaya, daya dan harta yang dikeluarkan menjadi sia-sia. Semuanya justru menjadi petaka ketika akhirat tiba.
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menuturkan: Aku pernah mendengar Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya orang yang pertama kali diberi keputusan pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid. Lalu ia didatangkan dihadapan Allah. Kemudian Allah memperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatanNya yang diberikan kepadanya. Lalu orang tersebut mengakuinya. Allah pun berfirman, ‘Apa yang kamu kerjakan padanya?’
Ia berkata, ‘Aku berperang karena diri-Mu, hingga aku mati syahid.’
Allah berfirman, ‘Engkau telah berdusta. Sesungguhnya engkau berperang agar dikatakan sebagai pemberani dan hal itu telah dikatakan.’
Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa lalu diseret mukanya hingga ia dilemparkan ke neraka.
Lalu seseorang yang belajar suatu ilmu kemudian mengajarkannya, dan membaca Al-Qur’an lalu didatangkan di hadapan Allah. Kemudian Allah memperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatanNya yang diberikan kepadanya. Lalu orang tersebut mengakuinya. Allah pun berfirman, ‘Apa yang kamu kerjakan padanya?’
Ia menjawab, ‘Aku mempelajari suatu ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur’an karena-Mu.’
Allah berfirman: ‘Engkau berdusta. Sebenarnya, engkau mempelajari suatu ilmu, mengajarkannya dan membaca al-Qur’an agar dikatakan bahwa engkau adalah orang yang ahli membaca. Dan hal itu telah dikatakan.’ Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa lalu diseret mukanya hingga ia dilemparkan ke api neraka.
Lalu ada seorang yang telah Allah berikan kepadanya kelapangan dan berbagai macam harta. Kemudian Allah memperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatanNya yang diberikan kepadanya. Lalu orang tersebut mengakuinya. Allah pun berfirman, ‘Apa yang kamu kerjakan padanya?’
Ia menjawab, ‘Tidak ada suatu jalan yang Engkau senang untuk diberi infak kecuali aku telah mengeluarkan infak padanya demi Engkau.’
Allah berfirman, ‘Engkau telah berdusta. Tapi engkau melakukannya agar dikatakan sebagai orang yang dermawan dan hal itu telah dikatakan.’ Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, lalu diseret mukanya, kemudian dilemparkan ke dalam neraka.”
(Hadits Riwayat Muslim)
Penjelasan
Hadits Abu Hurairah radhiallu ‘anhu mengenai orang yang pertama kali diberi keputusan pada Hari Kiamat itu menceritakan tentang tiga golongan : Pelajar, Orang yang berperang, dan orang yang bersedekah. Si pelajar mempelajari suatu ilmu, mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya. Kemudian Allah mendatangkannya pada Hari Kiamat dan memperlihatkan kepadanya nikmat-Nya yang diberikan kepadanya dan ia pun mengakuinya. Lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah engkau lakukan?” yakni dalam mensyukuri kenikmatan ini. Maka ia berkata, “Aku mempelajari dan membaca Al-Qur’an karena Engkau.” Lalu Allah berkata kepadanya, “Engkau telah berdusta. Tapi engkau belajar agar dikatakan sebagai orang yang alim dan engkau membaca al-Qur’an agar dikatakan orang yang pandai membaca, bukan karena Allah. Tapi karena ingin dilihat orang.”
Kemudian diinstruksikan untuk dibawa lalu diseret wajahnya ke dalam api neraka. Ini adalah dalil yang menunjukkan, wajib bagi seorang penuntut ilmu agar mengikhlaskan niatnya untuk Allah. Ia tidak mempedulikan apakah orang-orang menyebutnya “Orang Alim” , “syaikh”, “ustadz”, “mujtahid”, atau yang sejenisnya. Ini tidaklah penting baginya. Tak ada yang penting baginya, kecuali ridha Allah, menjaga syariat, mengajarkannya, menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari hamba-hamba Allah. Dengan demikian, tertulis baginya pahala syahid yang kedudukannya berada seteah kedudukan orang-orang yang jujur . Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan barangsiapa yang metaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shalih.” (an-Nisa : 69)
Adapun orang yang belajar bukan untuk tujuan hal tersebut, yaitu agar ia dikatakan sebagai orang yang alim, seorang mujtahid, orang yang sangat berilmu dan yang serupa dengannya maka amalannya akan hilang, na’udzubillah. Ia adalah orang yang pertama diberikan keputusan dan diseret wajahnya ke daam api neraka dan didustakan serta dijelekkan pada Hari Kiamat.
Orang yang kedua adalah orang yang berperang. Ia berperang di jalan Allah kemudian terbunuh. Pada Hari Kiamat, Ia akan dating kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala kemudian Allah perlihatkan kepadanya nikmat-Nya yang telah diberikan kepadanya. Lalu ia mengetahui kenikmatan tersebut yaitu Allah panjangkan umurnya, mempersiapkannya, memberikan rizki, dan kekuatan kepadanya, hingga akhirnya ia sampai kepada tingkatan ini yaitu berperang. Kemudian ia ditanya, “Apa yang engkau perbuat dengan kenikmatan tersebut?”
Ia menjawab, “Wahai Rabbku aku berperang karena-Mu.” Maka dikatakan kepadanya, “Engkau telah berdusta, engkau berperang aar dikatakan sebagai orang yang pemberani dan hal ini telah dikatakan.”
Kemudian diperintahkan agar ia dibawa dan diseret wajahnya ke api neraka. Demikianlah orang yang berpang di jalan Allah. Orang yang berperang di jalan Allah memiliki niat bermacam-macam. Barangsiapa yang berperang karena dorongan nasionalisme, maka ia berada di jalan thaghut. Barangsiapa yang berperang karena fanatisme golongan, maka ia berada dijalan thaghut. Dan barangsiapa yang berperang agar mendapatkan bagian dari dunia, maka ia berada di jalan thaghut. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut.” (an-Nisa:76)
tapi jika seseorang berperang karena kesukuan dan nasionalisme dibandingkan dengan untuk melindungi tanah air dari kejahatan orang-orang kafir, maka ini adalah berjuang di jalan Allah. Sebab, melindungi Negara kaum Muslimin buahnya adalah kalimat Allah yang akan jadi paling tinggi.
Tapi jika seseorang berperang agar ia dapat terbunuh saja dalam peperangan tersebut, apakah ia berada di jalan Allah? Jawabnya adalah, “Tidak.” Inilah niat kebanyakan para pemuda. Mereka pergi dengan tujuan agar mereka terbunuh dan berkata, “Kami berperang dan terbunuh sebagai orang yang syahid.” Maka dikatakan, “Tidak.” Hendaknya kalian pergi berperang agar kalimat Alah menjadi paling tinggi, walaupun harus tetap demikian. Jangan kalian pergi, dengan niat semata perang. Tapi pergilah dengan niat meninggikan kalimat Allah menjadi paling tinggi. Dengan demikian, jika terbunuh, kalian berada di jalan Allah.
Adapun orang yang ketiga adalah orang yang Allah berikan kenikmatan kepadanya dengan hara. Ia bersedekah, memberi, dan berinfak. Pada Hari Kiamat, ia dihadapkan kepada Allah dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepadanya. Ia mengakuinya. Lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang engkau lakukan trhadap kenikmatan itu?”
Ia menjawab, “Aku bersedekah dan melakukan ini dan ini.” Maka dikatakan kepadanya, “Engkau telah berbiohong. Engkau melakukannya agar dikatakan bahwa si fulan adalah orang yang dermawan dan mulia. Hal itu telah dikatakan.” Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa lalu diseret wajahnya ke dalam api neraka. Orang ini termasuk dalam tiga golongan yang dibakar api neraka pada Hari Kiamat.
Disini terdapat dalil yang menunjukkan wajibnya seseorang untuk mengikhlaskan niat bagi Allah dalam setiap yang ia berikan, berupa harta, badan, ilmu, dan lainnya. Jika ia melakukan sesatu yang diharamkan untuk mendapatkan pahala dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala lalu ia simpangkan kepada yang lainnya maka ia telah berdosa.
Maroji : Diketik ulang oleh Ummu ‘Umar untuk Jilbab Online. Tulisan diambil dari buku : Memetik Hikmah dari Telaga Sunnah” halaman 163-169, Buku karya dari Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, kemudian yang dihimpun ditata, dan ditakhrij ayat-ayat dan hadits-hadits yang tertera dalam buku ini oleh Shalahuddin Mahmud as-Sa’id .Penerbit : Pustaka At-Tazkia.

http://jilbab.or.id/archives/483-tiga-orang-yang-suka-pamer/